Selasa, 18 September 2012

Dinamika etos kerja – road to subjectivity vs objectivity


Lembaran semangat kerja baru sedang ditulis, daun pintu ruang kerja sedang diperlebar, waktu luang kerja sedang diperlonggar, saya sedang membenahi diri. Beberapa bulan yang lalu, semangat dan etos kerja tidak lagi obyektif tapi sangat subyektif dan itu sangat menggerogoti dinamika dalam ruang kerja pribadi. Tidak semua itu buruk tetapi ternyata nilai positifnya tidak lebih banyak dari nilai negatifnya.
Subyektivitas memang diperlukan dalam penilaian – penilaian etos kerja dan kinerja. Namun penilaian subyektivitas hanya menjadi salah satu criteria tambahan dalam penentuan kebijakan terhadap human resource. Subyektivitas tidak bisa menjadi satu – satunya criteria ataupun criteria utama dalam penilaian – penilaian.  Penilaian subyektif ini diberbagai kantor baik pemerintahan maupun swasta telah menjadi salah satu penyebab terbentuknya konflik intern yang susah untuk dihilangkan. Konflik seperti ini telah mengakar dan tidak dapat diselesaikan tanpa memecat atau memindahkan perseteruan subyek – subyek yang menjadi tokoh utama tersebut.
Penilaian murni berdasarkan obyektivitas pun murni momok yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Kemampuan – kemampuan interpersonal pun diperlukan dalam menentukan siapa yang berkompeten ataupun tidak. Obyektivitas menjadi momok bilamana penilaian subyektivitas tidak diikutsertakan, sebagai contoh dalam pelaksanaan sebuah program disusun berbagai criteria terhadap human resource yang ternyata kemampuan yang dilihat dari dasar obyektivitas ini tidak complemented sehingga terjadi konflik yang tidak bisa dihindarkan akibat tidak terjadinya suatu suasana kerja yang saling mengisi (complementary) bukan saling mengganti (substitution).
Be wise… Be professional... 
Semoga tulisan ini menjadi pengingat dan motivator terbesar saya untuk tidak sekedar giat bekerja namun juga mampu menjadi salah satu alasan saya untuk tetap bekerja dan mengejar mimpi – mimpi yang baru – baru dirasa memudar. Warna – warna mimpi itu semoga selalu menjadi simfoni yang mempesona meski selalu mengalami perubahan. Warna yang bukan memudar tapi membentuk simfoni yang baru dan selalu menjadi semangat yang sama dalam mengejar impian.
Dipersembahkan untuk setiap buruh dan pekerja yang memiliki mimpi-mimpi ideal sebelum mengabdikan diri sebagai buruh dan pekerja, dan berusaha keras untuk tetap melanjutkan mimpinya. Meski usia tidak lagi muda, meski usia telah menjadi renta.
Semangat!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar