pesan untuk sesama perantauan...
saya orang jogja, dan saya hidup di rantau....
saya orang jogja
saya orang jogja asli, tulen, paten.... walopun saya tinggal di pinggiran kalasan...tapi saya orang jogja, asli, tulen... bapak ibu saya orang jogja pinggiran kalasan...asli tulen..gimana nggak asli, mereka kan tetanggaan (baca: peknggo, ngepek tonggo)... saya besar dan lahir di jogja, saya sekolah di kota jogja... saya hobi dan suka makanan manis, kan kata orang, orang jogja hobi makan manis. lidah saya saksinya ^^
filosofi jogja sangat kental di filosofi keluarga saya... jogja = yujo = ayu tur prasoojo = cantik dan bijaksana... wah aku banget tuh, hihihihi....
yang jelas saya asli jogja, dari garis keturunan, dari kelahiran dan besarnya saya, saya asli jogja...bahkan lidah saya berkata demikian. ada yang mau menyanggah???
saya hidup dirantau
sejak tahun 2009,umur 23 tahun, setelah lulus kuliah saya merantau untuk mencari (standar) sesuap nasi dan cukup 1 hektar sawah saja untuk diri saya sendiri. saya merantau untuk masa depan yang lebih baik, untuk pencapaian citacita, dan yang dibanggakan oleh orangtua saya.
sejak tahun 2009, umur 23 tahun, saya hidup dirantau, beradaptasi dengan makanan yang sama sekali tidak manis dan terlalu asin bagi lidah saya yang orang jogja.
sejak tahun 2009, umur 23 tahun, saya menancapkan kuku pada tanah yang sama sekali berbeda. butuh 3 bulan untuk beradaptasi dengan semuanya, makanan, budaya, bahasa, tata krama, orangorang, adat kebiasaan, dan bahkan dengan harga kebutuhan hidupnya.
hingga 2tahun, 2011, saya telah mampu beradaptasi dengan baik, mencoba memahami dan mempelajari semua, bahwa setiap budaya memiliki keunikan dan kearifan masing-masing. saya pendatang dan saya beradaptasi dengan origin, kultur setempat, bukan kultur setempat yang beradaptasi dengan saya.
2tahun hidup dirantau, membuat saya sadar, bahwa label yang melekat pada saya sebagai pendatang akan sangat sangat terlihat, "saya orang mana? saya kuliah dimana? siapa orang tua saya?" dan bagaimana saya bertingkah akan mempengaruhi generalisasi yang melekat pada saya, bukan hanya pribadi saya,
macam putri indonesia, setiap tingkah lakunya mencerminkan kota dan provinsi yang dibawanya, sebuah generalisasi. tidak benar memang tapi begitu memang adanya. filosofi terbaru : "kita tidak bisa mengatur pendapat orang, tiap kepala memiliki pendapat masing-masing, yang bisa kita atur hanyalah perilaku kita, sehingga orang akan berpendapat lain"
2 tahun hidup dirantau, saya pun bertemu dengan sesama perantau, sesama orang jawa, sesama orang jogja, blasteran orang jawa, sesama tempat kuliah, beda pulau, beda budaya, tapi sekali lagi, konsep generalisasi berlaku disini, "orang mana si dia? oo orang **** tu emang kayak gitu ya?" yah, orang rantau berlaku seperti putri indonesia....
2 tahun hidup dirantau, membuat mata saya terbuka, bahwa segala perilaku saya dirantau, ternyata tidak hanya membawa nama baik pribadi, tetapi nama baik orang tua, nama baik kota, nama baik almamater, nama baik semuanya. sekarang saya bekerja, ketika saya keluar pun saya membawa nama baik kantor tempat saya bekerja.
ya, jaga behaviour...karena saya orang jogja, saya hidup dirantau, saya bawa nama baik jogja.....cem putri Indonesia
p.s. jangan ngaku orang jogja!!!!
sempat saya gerah dengan seseorang yang mengaku sebagai orang jogja, tapi behaviour nya.....setelah saya telusur ternyata memang bukan orang jogja, sekali lagi stereotip itu jadi melekat, kota nya itu sekarang yang kena,,,,yah, pesen saya janganlah ngaku ngaku orang jogja, kalo nggak tahu filosofi dan adat sopan santun joogja, janganlah ngaku ngaku orang jogja, kalo baru tahu jogja secara fisik, hapal nama jalan di jogja, atau hanya punya rumah dijogja...
tapi, ada juga bukan orang jogja yang telah mendengar 'genderang mataram' xixixiixixix
Tidak ada komentar:
Posting Komentar